Mengenal Scrutineering bagi Offroader
toyotaaceh.com, Scrutineering adalah proses pemeriksaan teknis yang dilakukan secara detail, baik dilakukan sebelum dan/atau sesudah balapan. Hal ini merupakan suatu proses standard requirement, dan sesuatu hal yang wajib atau wajar yang dilakukan didalam setiap balapan profesional agar motor yang dipakai pembalap sudah sesuai dengan regulasi yang berlaku.
Memang sih hal scrutineering ini sering kali jadi bikin jengkel atau kesel bagi tim balap yang ikut serta, khususnya untuk mereka mekanik, hingga pembalap itu sendiri. Sebagai contoh, mari kita lihat hasil balapan Supersport 600 dalam ajang INDOSPEED RACE SERIES (IRS) pada putaran pertama yang telah berlangsung di Sirkuit Sentul, Minggu 4 April yang lalu.
Saat itu, balapan Supersport 600 motor hanya dimainkan sembilan pembalap dan diselesaikan 20 laps. Balapan dimenangkan oleh Mohammad Fadli (162) dari Tim Petronas Yamaha Indonesia, urutan kedua (awalnya) ditempati Hendriansyah (20) dari Tim ASH Yamaha Indonesia Yamalube KYT, dan ketiga (awalnya) Sudarmono (16) dari Tim Petronas Yamaha Indonesia.
Ajang IRS merupakan balapan pemanasan sebelum para pembalap Indonesia ini turun di kelas Supersport pada kejuaraan FIM ASIAN GP yang akan digelar pada akhir bulan April di Sepang Malaysia. Balapan pemanasan ini merupakan suatu kegembiraan bagi Tim Petronas Yamaha Indonesia yang dipimpin oleh Benny Djatiutomo karena kemenangan M. Fadli pada urutan pertama.
Form Scrutineering IOF Aceh |
Balapan kelas Supersport 600 diikuti juga oleh pembalap muda, Dimas Eki Pratama (no. 20) berusia 17 tahun dibawah tim Ducati Indonesia Racing Team. Bagi Dimas sendiri, balapan ini adalah yang pertama kalinya sejak ia bergabung dengan tim Ducati Indonesia sejak bulan Oktober 2009 lalu. Dimas semula start dari posisi ke-empat, akhirnya dapat menyelesaikan balapan dengan posisi ke-lima walaupun ia harus bertarung secara ketat bersama M. Dwi Satria (81) dari Tim Ash Yamaha Indonesia Yamalube KYT.
Ketika balapan sudah usai, dan dimana semua pembalap harus kembali ke paddock, ternyata motor mereka lebih dulu harus mengikuti proses scrutineering untuk mendapatkan kepastian soal regulasi mesin motor yang berlaku. Akhirnya, Hendrianyah pun mengaku jika kondisi motornya sudah mengalami perubahan mesin. Ia pun langsung kena diskualifikasi karena pakai motor pinjaman dan bukan mililknya. Soal motor yang sebenarnya, dikabarkan sudah dikirmkan ke Malaysia untuk mengikuti kejuaraan FIM ASIAN GP di Sepang.
Namun demikian, akibatnya adalah, kedua motor dari pembalap Supersport 600 yang sudah finish diurutan pertama dan ketiga, M. Fadli dan Sudarmono yang mamang keduanya sama-sama dari satu tim Petronas Yamaha Indonesia, terpaksa harus juga dibongkar untuk dilakukan scrutineering. “Paling tidak ini untuk cross check,” ujar seorang panitia sambil mengukur kem.
Satu persatu mesin motor dari tim Petronas Yamaha Indonesia ini diturunkan, bahkan dibedah dan dibongkar secara habis-habisan. Tidak hanya dibongkar begitu saja, tapi juga dilakukan pengecekan, diukur, dicatat, bahkan dihitung. Peristiwa pembongkaran mesin ini disaksikan sendiri oleh penulis blog SL.com yang pada saat itu sedang berada di sekitar paddock panitia.
Inilah yang dimaksud dengan kekesalan dan kejengkelan bagi sebuah tim balap, dimana seluruh mekanik harus turun tangan membongkar mesin motor sampai habis-habisan. Kadangkala ditemukan perdebatan kecil soal ukuran besar atau kecilnya sebuah spare-part yang semula patut dicurigai.
Mundurnya Hendriansyah, membuat susunan pemenang Superpsort 600 pada ajang IRS 2010 seri pertama ini jadi berubah, yaitu: pertama M. Fadli, Petronas Yamaha Indonesia, kedua Sudarmono, Petronas Yamaha Indonesia, ketiga M. Dwi Satria, Ash Yamaha Indonesia Yamalube KYT, keempat Dimas Eki Pratama, Ducati Indonesia Racing Team, dan kelima Harlan Fadilah, IRC AHRS KYT
stephenlangitan